BAB VI
STRATEGI PEMBELAJARAN REMEDIAL
STRATEGI PEMBELAJARAN REMEDIAL
A. Pengertian Pembelajaran Remedial
Dalam Kamus Bahasa Inggris, kata remedial berarti: yang berhubungan
dengan perbaikan. Dengan demikian yang dimaksud dengan pengajaran remedial
adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat perbaikan, atau pengajaran yang
membuat menjadi baik. Dalam belajar mengajar guru melakukan pengajaran dengan
tujuan agar siswa dapat belajar secara optimal. Namun jika ternyata terdapat
siswa yang lamban dalam belajar dan prestasi belajarnya rendah maka diperlukan
suatu proses belajar mengajar yang dapat membantu siswa agar tercapai hasil
yang diharapkan. Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran
biasa (klasikal), dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimimal
yang telah ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk
mendapatkan pengajaran kembali.
Proses pengajaran remedial
(PPR) padahakikatnya serupa dengan prosesbelajar mengajar (PBM)
biasa.Perbedaannya terutama terletak padadua masalah, yakni: (1) tujuan, dan
(2)strategi pendekatan.Tujuan pengajaran remedial diarahkankepada peningkatan (improvement)prestasi
baik kualifikasi maupunkuantitatif dari prestasi yang telah ataumungkinoptimal
dapat dicapai kalaumenggunakan PBM biasa sehinggasekurang-kurangnya dapat
memenuhikriteria keberhasilan minimal yang dapatditerima (minimum
acceptableperformance); dan atau peningkatankemampuan penyesuaian kembali(readjusment)
baik terhadap dirinyamaupun lingkungannya.
B.
Konsep pokok Pembelajaran Remedial
a.
Kedudukan Pembelajaran Remedial dalam Proses Pembelajaran
Program pembelajaran secara
garis besar adalah merupakan serangkaian tindakan yang direncanakan pendidik
secara sadar untuk mengubah perilakau awal subjek didik menjadi perilaku baru
seperti yang tertuang pada kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai.
Penilaian yang bervariasi
bertujuan agar pendidik memiliki data yang memadai untuk membuat keputusan di
kelas yang bersangkutan sehingga dapat ditentukan tindak lanjutnya. Lima
prinsip umum yang perlu dicermati pendidik sebagai panduan untuk melakukan
interpretasi terhadap hasil asesmen adalah (Airasian, 1991) bahwa :
1)
Hasil asesmen hanyalah memberi
gambaran tentang status perilaku subjek didik saat penilaian dilakukann.
2)
Hasil asesmen hanya merupakan
estimasi bukan indikasi yang eksak tentang kinerja subjek didik.
3)
Asesmen tunggal tidak memadai
untuk dipergunakan sebagai dasar membuat keputusan yang penting tentang subjek
didik.
4)
Asesmen tidak selalu memberikan
informasi yang valid.
5)
Hasil asesmen hanya
menggambarkan kinerja subjek didik bukan menjelaskan alasan atau sebab-sebab
mengapa kondisinya demikian.
C.
Langakah-langkah Pembelajaran Remedial
Anonim (1999:45), mengatur mengenai
langkah-langkah pengajaran remedial sebagai berikut:
1.
Menelaah kembali siswa yang akan diberikan bantuan.
Kegiatan ini dimaksudkan agar kita memperoleh gambaran berapa lama bantuan
harus diberikan, kapan oleh siapa dan sebagainya.
2.
Alternatif tindakan. Jika sudah mendapat gambaran
lengkap. Lalu tentukan alternatif tindakan dapat berupa: disuruh mengulangi
bahan yang telah diberikan dengan memberikan arahan terlebih dulu; disuruh
mencoba alternatif kegiatan lain yang setara dengan kegiatan belajar mengajar
yang sudah ditempuhnya dan mempunyai tujuan yang sama.
Bila kesulitan belajar
bukan karena kesulitan belajar, tapi karena faktor lain seperti sikap negatif
terhadap guru, situasi belajar dan sebagainya maka siswa perlu dibimbing oleh
konselor. Jika sudah mampu mengatasi masalah maka dapat diberi pengajaran
remedial.
3.
Evaluasi Pengajaran Remedial
Pada akhir kegiatan siswa diadakan
evaluasi. Tujuan paling utama adalah diharapkan 75% taraf pengusaan (level
of mastery). Bila ternyata belum berhasil maka dilakukan diagnosis dan
memperoleh pengajaran remedial kembali.
4.
Pendekatan Pengajaran Remedial
a.
Pendekatan pencegahan (preventif), dari hasil
Pre-test sebelum memulai pengajaran, seorang guru sudah dapat mendeteksi bahwa
seorang siswa mungkin akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Hal ini
dapat dilakukan dengan upaya mengetahui secara tepat perilaku awal siswa,
menggunakan pendekatan multi media dan multi metode dalam proses belajar
mengajar.
b.
Pendekatan penyembuhan (curative), pendekatan
ini diberikan kepada siswa yang sudah nyata mengalami hambatan dalam mengikuti
proses belajar mengajar. Gejala yang terlihat yaitu prestasinya sangat rendah
dibandingkan dengan kriteria tingkat keberhasilan yang ditetapkan.
c.
Pendekatan perkembangan (development),
pendekatan ini menuntut guru untuk memonitor terus-menerus kegiatan siswa dalam
proses belajar mengajar berlangsung. Setiap ada hambatan segera dan secara
terus-menerus. Sehingga dengan demikian guru senantiasa mengikuti perkembangan
pada siswanya secara sistematis.
D.
Strategi dan Teknik
Pembelajaran Remedial
1. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Remedial
Bersifat Kuratif
Pendekatan ini diadakan
mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin
seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara
sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit
pelajaran, atau satuan waktu tertentu. Sasaran pokok dari tindakan ini adalah
agar siswa yang prestasinya rendah diusahakan dapat suatu saat dapat memenuhi
kritetiria keberhasilan minimal. Dan sedangkan siswa yang telah mencapai
kriteria keberhasilan minimal, suatu saat dapat diperkaya atau lebih
ditingkatkan lagi. Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan
pendekatan: Pengulangan (repetition), Pengayaan (enrichment), Pengukuhan
(reinforcement), dan Percepatan (acceleration).
2. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Remedial
Bersifat Preventif
Jika dalam pendekatan kuratif, tindakan
rmedial bertolak dari hasil post teaching diagnostic, berdasarkan data hasil
pre-test / sumatif, maka pndekatan preventif bertolak belakang dengan pre-test
atau test of entering behaviors. Maka siswa dapat diidentifikasikan dalam 3
kategori, yaitu: Siswa normal, Siswa cepat, Siswa lambat.
Dari ketiga perkiraan tersebut, maka
setidaknya ada tiga teknik pembelajaran yang bersifat remedial, yaitu:
a.
Layanan Kelompok Belajar Homogen
Program pembelajaran pada ketiga
kelompok siswa tersebut, ruang lingkupnya ekuivalen, tetapi diorganissasikan
secara relaitf berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada cara menenangkannya,
contoh-contohnya, soal-soal / tugas, dsb. Misalnya untuk siswa cepat, tingkat
kesukarannya lebih tinggi dari siswa normal dan siswa lambat. Yang terpenting
adalah bagaimana kelompok siswa itu dapat meyelesaikan pembelajaran pada waktu
yang bersamaan sehingga mereka dapat mengikuti test sumatif pada waktu yang
bersamaan
b.
Layanan Pembelajaran Individual
Pada dasarnya konsep ini sama dengan
diatas, yaiut penyesuaian dengan kondisi objectif siswa. Pada teknik ini setiap
individu mempunyai program tersendiri. Siswa mempunyai kebebasan melakukan
kegiatan-kegiatan atau berkonsultasi dengan gurunya, tidak terikat dengan
keharusan mengikuti jam belajar seperti biasa di kelas. Siswa hanya terikat
pada batas waktu akhir periode pelajaran yang ditetapkan, seperti triwulan, semesteran,
dsb. Meskipun siswa belajar individual, tetapi harus mengikuti test sumatif
tertentu yang telah diorganisasikan secara baku. Program ini sangat ccocok
untuk system pembelajaran dengan modul.
c.
Layanan Pembelajaran Secara Kelompok
Pada teknik ini siswa
berada pada satu kelas yang sama dan pada program pembelajaran yang sama pula.
Namun bagi siswa yang mempunyai kesulitan tertentu, telah disediakan tempat,
waktu untuk pelayanan remedial secara khusus. Begitu juga dengan siswa yang
cepat, juga disediakan program pengayaan khusus. Setelah selesai dengan program
remedial atau pengayaan, para siswa kembali dalam kelompok belajar utama
bersama-sama dengan teman sekelasnya. Pada akhirnya mereka juga harus menempuh
post-test atau test sumatif secara bersamaan pula. Teknik ini sesuai bila
diterapkan pada system pembelajaran klasikal, dan teknik ini biasa digunakan
guru di sekolah walaupun belum dilaksanakan sebagai mana mestinya.
3. Strategi dan Pendekatan Pembelajaran Remedial
Bersifat Pengembangan (Development)
Pendekatan ini
merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung
(during teaching diagnostic). Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar
siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin
dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan
peranan bimbingan dan penyuluhan agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan
berhasil. Sedangkan metode yang digunakan, yaitu: tanya jawab, diskusi, tugas,
kerja kelompok, tutor, pengajaran individual.
E.
Tujuan dan Fungsi
Pembelajaran Individual
1. Tujuan pembelajaran remedial
Secara umum tujuan pembelajaran remedial
tidak berbeda dengan pembelajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Namun secara khusus tujuan Pembelajaran remedial ini
adalah agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi
belajar yang diharapkan sekolah melalui proses perbaikan.Menurut User
Usman dan Lilis Setiawati secara terperinci tujuan pembelajaran remedial
adalah:
a.
Siswa memahami dirinya khususnya yang menyangkut
prestasi belajar yang meliputi kelebihan dan kelemahannya, jenis dan sifat
kesulitan yang dihadapi.
b.
Siswa dapat mengubah atau memperbaiki cara belajar
ke arah yang lebih baik sesuai dengan kesulitan belajar yang dihadapi.
c.
Siswa dapat mengatasi hambatan belajar yang menjadi
latar belakang kesulitannya.
d.
Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar
secara tepat untuk mengatasi kesulitan belajar. Siswa dapat mengembangkan sifat
dan kebiasaan baru yang dapat mendorong tercapainya prestasi belajar yang lebih
baik. Siswa dapat mengerjakan tugas lebih baik.
Dari uraian di atas
maka jelaslah bahwa tujuan pembelajaran remedial adalah agar siswa
memahami kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga ia dapat memperbaiki cara belajarnya
ke arah yang lebih baik. Dengan demikian siswa mampu mengatasi hambatan
belajarnya yang akan memberi motivasi kepada dirinya untuk mencapai prestasi
belajar yang diharapkan.
2. Fungsi Pembelajaran Remedial
Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono mengungkapkan pembelajaran remedial mempunyai fungsi yang penulis
sarikan sebagai berikut:
a.
Fungsi korektif, artinya pembelajaran remedial dapat
dilakukan dalam pembetulan atau perbaikan dalam hal penulisan tujuan,
penggunaan metode, cara-cara belajar, materi dan alat belajar, evaluasi dan
sebagainya.
b.
Fungsi pemahaman, artinya pembelajaran remedial,
guru dan siswa atau pihak lainnya dapat memperoleh yang lebih baik mengenai
pribadinya sendiri.
c.
Fungsi penyesuaian, artinya pembelajaran remedial
dapat membentuk siswa yang mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri di
lingkungan tempat belajarnya.
d.
Fungsi Pengayaan, artinya pembelajaran remedial
dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi lebih luas, lebih banyak
dan lebih mendalam dibandingkan dengan pengajaran regular.
e.
Fungsi Akselerasi, artinya pembelajaran remedial
dapat mempercepat proses pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi,
sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.
f.
Fungsi Therapeutic, artinya secara langsung atau
tidak, pembelajaran remedial dapat membantu atau menyembuhkan atau memperbaiki
kondisi kepribadian siswa yang menyimpang, sebaliknya pencapaian prestasi
belajar dalam pembelajaran juga mempengaruhi pribadi siswa.
Dari uraian di atas
menjadi jelas bahwa fungsi pembelajaran remedial adalah untuk membantu guru
dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai prestasi
belajarnya.
F.
Tahap-tahap
Pembelajaran Remedial
a. Diagnosis
Sebelum melakukan
diagnosis untuk menentukan penyebab kegagalan belajar perlu dilakukan analisis
hasil belajar untuk menentukan subjek didik yang mengalami kegagalan belajar.
Namun sebenarnya sebelum subjek didik yang bersangkutan mengalami kegagalan belajar
sebenarnya pendidik dapat mencermati dari gejala-gejala awal seperti :
1. Subjek didik
menunujukan hasil belajar di bawah rata-rata.
2. Hasil belajar yang
dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan
tugas-tugas dalam kegiatan pembelajaran.
4. Subjek didik
menunujukan tingkah laku yang tidak wajar.
Untuk mengetahui kesulitan belajar, sebagai patokan
dapat ditetapkan berdasarkan : tingkat pencapaian kompetensi dasar, kedudukan
subjek didik dalam kelompoknya, perbandingan antara potensi dan prestasi subjek
didik, dan tingkah laku subjekk didik di sekolah.
Sumber : Depdiknas, 2008. Sistem Penilaian KTSP; Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Remedial. Jakarta: Dir. PSMA
Sumber : Depdiknas, 2008. Sistem Penilaian KTSP; Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Remedial. Jakarta: Dir. PSMA