Implikasi Teori Belajar Kognitif terhadap E-learning

Teori belajar kognitif memandang belajar dari sudut pandang pemroses-an informasi, pebelajar menggunakan jenis memori yang berbeda selama pro-ses belajar, seperti terlihat pada Gambar 2. Sensasi diterima melalui indera ke dalam sensor penerima (sensory store) sebelum pemrosesan dilaksanakan. Informasi tinggal dalam sensor penerima untuk kurang dari satu detik (Kalat, 2002). Jika informasi tersebut tidak segera ditransfer ke memori jangka pen-dek, informasi tersebut akan hilang.











Gambar 2.2 Jenis Memori
Rancangan pembelajaran dalam e-learning perlu menerapkan strategi yang memungkinkan pembelajar mentransfer informasi dalam bahan ajar ke-dalam memori jangka pendek. Banyaknya informasi yang dapat ditransfer ke-dalam memori jangka pendek tergantung pada banyaknya perhatian pebela-jar terhadap informasi yang datang dan – yang terutama – tergantung pada struktur kognitif yang tersedia yang membuat informasi baru tersebut menja-di dipahami oleh pebelajar. Jadi, perancang e-learningperlu memastikan bah-wa pebelajar telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkan ia mempro-ses informasi. Strategi pra pembelajaran, misalnya advance organizers, dapat diterapkan sebagai bagian dari proses belajar untuk memastikan terbentuknya struktur kognitif yang memungkinkan informasi yang datang dapat diproses dalam memori jangka pendek.
Jangka waktu dalam memori jangka pendek adalah 20 detik. Jika infor-masi dalam memori jangka pendek tidak diproses dengan baik maka informa-si tersebut tidak akan ditransfer ke memori jangka panjang untuk disimpan. Strategi dalam e-learning perlu mengorganisasikan informasi dari bahan ajar dalam potongan-potongan informasi yang cukup kecil sehingga memudahkan diproses. Kapasitas memori jangka pendek sangat terbatas, informasi perlu dikelompokkan dalam ukuran kecil dan dalam urutan yang memiliki arti. Miller, lebih lanjut, menyarankan bahwa informasi perlu dipenggal-penggal menjadi kurang lebih lima sampai tujuh (±5-7) satuan informasi yang memi-
liki arti untuk menyesuaikan dengan keterbatasan kapasitas memori jangka pendek.
Setelah informasi diproses dalam memori jangka pendek, kemudian in-formasi tersebut disimpan ke dalam memori jangka panjang. Banyaknya infor-masi yang ditransfer ke dalam memori jangka panjang ditentukan oleh kuali-tas dan kedalaman pemrosesan dalam memori jangka pendek. Pemrosesan yang makin dalam akan makin banyak bentuk informasi baru yang saling ter-kait dalam memori. Informasi yang ditransfer dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dilakukan dengan cara asimilasi atau akomodasi. Da-lam asimilasi, informasi diubah untuk dicocokkan dengan struktur kognitif, sedangkan dalam akomodasi, struktur kognitif berubah menyesuaikan dengan informasi yang baru.
Menurut psikologi kognitif, informasi disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk simpul-simpul yang terhubung membentuk hubungan-hubungan. Dengan perkataan lain, informasi dalam memori jangka panjang membentuk suatu jejaring. Oleh karena itu, peta informasi yang memperlihat-kan konsep-konsep utama dalam suatu topik dan hubungan antar konsep ter-sebut perlu disertakan dalam bahan ajar pada e-learning. Pembelajar perlu di-dorong untuk membuat peta informasi seperti ini.
Teori belajar yang berlandaskan psikologi kognitif menekankan penting-nya perbedaan individual pebelajar. Perbedaan individual antara lain gaya be-lajar (learning style) dan gaya kognitif (cognitive style). Gaya belajar merujuk pada bagaimana pembelajar mempersepsi, berinteraksi, dan menanggapi ling-kungan belajar. Gaya kognitif terkait dengan kecenderungan pebelajar untuk memproses informasi, yaitu cara berfikir, mengingat, atau memecahkan masa-lah.
Gaya belajar dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu cara mempersepsi dan memproses informasi. Cara mempersepsi terkait dengan cara pebelajar menangkap dan menyerap informasi dari lingkungan sekitar. Cara memper-sepsi bervariasi mulai dari cara mempersepsi melalui pengalaman nyata (concrete experience) sampai cara mempersepsi melalui pengamatan reflektif (reflective observation). Cara mempersepsi melalui pengalaman nyata meru-pakan gaya belajar pebelajar yang cenderung memiliki minat utuk mempe-lajari hal-hal yang memiliki arti personal dalam kehidupannya. Cara memper-sepsi melalui pengamatan reflektif adalah gaya belajar pebelajar yang cende-rung banyak menghabiskan waktu untuk merenungkan isi bahan ajar.
Komponen kedua dalam gaya belajar ialah cara memproses informasi. Cara pemrosesan informasi oleh pebelajar bervariasi mulai dari konseptuali-sasi abstrak sampai ke eksperimentasi aktif. Pebelajar yang cenderung mem-proses informasi dengan cara konseptualisasi abstrak lebih suka mempelajari fakta dan angka serta meneliti informasi baru pada topik-topik yang berbeda. Pebelajar yang cenderung memproses informasi secara eksperimentasi aktif akan lebih menyukai menerapkan apa-apa yang dipelajari ke dalam situasi nyata. Mereka lebih menyukai mencoba sesuatu dan mempelajarinya.
Berdasarkan cara mempersepsi dan cara memproses informasi, pebe-lajar digolongkan menjadi empat kategori seperti yang terlihat pada Gambar 4.
Gaya belajar Converger adalah gaya belajar pembelajar yang cenderung mempersepsi lingkungan melalui eksperimentasi aktif dan memproses infor-masi dengan cara konseptualisasi abstrak. Diverger, sebaliknya dari converger, lebih menyukai pengamatan reflektif dalam mempersepsi lingkungan belajar dan memproses informasi dengan cara pengalaman nyata.
 
  
















Gambar 2.3 Gaya Belajar
Assimilator cenderung mempersepsi lingkungan belajar melalui penga-matan reflektif dan memproses informasi dengan cara konseptualisasi abstrak. Sedangkan Accomodator lebih menyukai eksperimentasi aktif dalam memper-sepsi lingkungan belajar dan memproses informasi berdasarkan pengalaman nyata.
Implikasi yang dapat diturunkan dari psikologi kognitif terhadap ran-cangan e-learningialah sebagai berikut.
  • Rancang strategi untuk menarik perhatian sehingga pebelajar dapat mem-persepsi informasi yang disajikan. Misalnya, dalam e-learning, informasi penting ditempatkan pada posisi tengah-tengah layar komputer, meman-faatkan atribut layar komputer (warna, grafik, ukuran teks, jenis teks), ke-cepatan penyajian informasi, atau jenis media (audio, visual, animasi, vi-deo).
  • Supaya pebelajar memfokuskan perhatian pada hal-hal yang menjadi tu-juan kompetensi pada e-learning, tujuan kompetensi tersebut perlu diin-formasikan secara eksplisit kepada pebelajar. Informasikan pula penting-nya tujuan kompetensi tersebut untuk memotivasi.
  • Hubungkan bahan ajar yang merupakan informasi baru bagi pembelajar dengan pengetahuan yang telah dikuasai sebelumnya oleh pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan struktur kognitif. Gunakan juga pertanyaan-pertanyaan un-tuk mengaktifkan struktur koginitif yang relevan.
  • Informasi perlu dipenggal-penggal untuk memudahkan pemrosesan dalam memori jangka pendek. Sajikan 5 sampai 9 butir informasi dalam satu la-yar komputer. Jika terdapat banyak sekali butir informasi, sajikan infro-masi tersebut dalam bentuk peta informasi. Beberapa peta informasi ada-lah seperti pada Gambar 5.



Gambar 2.4 Model-model Peta Informasi
  • Untuk memfasilitasi pebelajar memproses informasi secara mendalam, pebelajar perlu didorong supaya mengembangkan peta informasi pada saat pembelajaran atau sebagai kegiatan merangkum setelah pembelajaran.
  • Supaya pebelajar memproses informasi secara mendalam, pebelajar perlu disiapkan latihan yang memerlukan penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kegiatan tersebut akan mentransfer secara efektif informasi kedalam memori jangka panjang.
  • Bahan ajar pada e-learning perlu mengakomodasi gaya belajar pebela-jar. Pembelajar dengan gaya belajar Converger perlu diberi bahan ajar yang menekankan pada penerapan konsep. Pebelajar dengan gaya bela-jar Diverger perlu diberi bahan ajar yang memerlukan pengembangan da-ri pembelajar untuk menghasilkan konsep-konsep. Pebelajar dengan gaya belajar Assimilator perlu bahan ajar yang bersifat teori dan menyaji-kan sintesis berbagai konsep. Pembelajar dengan gaya belajarAccomodator memerlukan isi bahan ajar yang terkait dengan pemecahan masalah dalam
situasi nyata.
  • Informasi perlu disajikan dalam berbagai media untuk mengakomodasi perbedaan individual pebelajar dan memudahkan transfer ke memori jangka panjang. Untuk itu, gunakan berbagai media tekstual, verbal, dan visual.
  • Motivasi sangat penting dalam belajar. Motivasi mendorong pebelajar mempersepsi informasi dalam bahan ajar. Sebagus apa pun rancangan ba-han ajar, jika pebelajar tidak termotivasi maka tidak akan terjadi peristi-wa belajar karena pebelajar tidak akan mempersepsi informasi dalam bahan ajar tersebut. Untuk itu, gunakan model ARCS – attentionrelevanceconfidencesatisfaction yang diajukan oleh Keller (1983).
Attention, menarik dan memelihara perhatian siswa selama pebelajar-an. Relevante, menginformasikan pebelajar mengenai pentingnya dan manfaat pelajaran bagi pebelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menje-laskan bagaimana pelajaran tersebut dapat digunakan dalam situasi nyata. Confidence, menggunakan strategi yang menjamin keberhasilan, misal-nya dengan cara mengurutkan pelajaran dari mudah ke sulit, dari yang ti-dak diketahui ke yang diketahui, dari konkrit ke abstrak. Satisfaction, me-nyediakan umpan balik terhadap kinerja pembelajar. Pebelajar ingin tahu bagaimana kinerja mereka. Pebelajar juga didorong untuk menerapkan yang dipelajari kedalam situasi kehidupan nyata. Pebelajar menyukai kon-tekstualisasi yang dipelajari dengan menerapkan informasi ke dalam ma-salah nyata.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Pendidikan Agama Islam © 2011 Theme made with the special support of Maiahost for their cheap WordPress hosting services and free support.